
Kendari, cermatnews.com – Malam itu, hujan deras turun membasahi Kota Kendari, memberikan aroma segar namun juga menyimpan kekhawatiran yang mendalam. Pada Minggu (3/3/2024) malam, rintik-rintik air yang semula mengundang rasa nyaman berubah menjadi mimpi buruk bagi seorang ibu dan balitanya.
Dalam sebuah lorong kecil di Kelurahan Bende, Kecamatan Kadia, ketika kegelapan semakin menggelayut, seorang ibu dan anak balitanya, inisial F (2), berusaha menyelamatkan diri dari hujan lebat. Namun, nasib berkata lain. Tanah yang terendam air dan jalanan yang tergenang menjadi perangkap tak terduga.
Kepala KPP Kota Kendari, Muhammad Arafah, dengan suara serak, menceritakan insiden mengerikan yang terjadi pada pukul 03.45 Wita dini hari itu. “Mereka terjatuh ke dalam selokan yang terseret arus akibat hujan deras. Sang ibu, dengan kekuatan terakhirnya, berusaha mempertahankan diri dan anaknya. Namun, sayangnya, hanya satu yang bisa dia selamatkan,” ucapnya, raut wajahnya mencerminkan kepedihan.
Ibu tersebut berhasil menyelamatkan diri setelah terseret sejauh 25 meter oleh arus yang ganas, namun tangisan kecil sang anak yang ia coba pertahankan menggema di malam itu. Usaha keras untuk menyelamatkan F menjadi sia-sia. Balita malang itu terbawa jauh oleh arus, meninggalkan secercah harapan yang sirna.
Dari hasil pencarian yang dilakukan dengan penuh ketekunan, pada pukul 08.25 Wita, keberadaan F akhirnya terungkap. Namun, sudah terlambat. Hanya diam yang tersisa, membuyarkan segala harapan yang sempat tersimpan
“Korban ditemukan dalam keadaan tak bernyawa, sekitar 50 meter dari tempat kejadian,” ungkap Arafah dengan mata yang berkaca-kaca.
Evakuasi pun dilakukan dengan hati-hati, penuh kehormatan bagi seorang yang telah tiada. Tubuh mungil F diserahkan kepada pihak keluarga, namun, bagaimana hati seorang ibu bisa kembali utuh setelah kehilangan secercah kehidupannya?.
Di tengah rintik hujan yang masih mengguyur, lorong kecil di Kelurahan Bende terasa sunyi, hanya tinggal kenangan akan keberadaan seorang balita yang tak lagi bermain di sana. Sedih dan duka menyelimuti Kota Kendari, mengingatkan kita bahwa alam bisa menjadi sahabat atau musuh, dan saat-saat tergelap adalah saat kita harus saling menguatkan.